ONE IS TOO MANY
SATU TERLALU BANYAK
Alkisah,
ada seorang pria, sebut saja dia “D” yang suka mengerjai orang. Sebagai
contoh, ketika ada empat orang datang ke restorang (termasuk dia), dan
pelayannya bertanya, “Pesan untuk empat orang?”, ia selalu berkata,
“Empat? Lihat baik-baik! Bukankah kami ada lima!”
Banyak
orang mengira D memang memiliki kemampuan melihat apa yang tak bisa
dilihat manusia biasa. Namun sebenarnya tidak. Ia hanya suka
mempermainkan orang dan sennag melihat ekspresi ketakutan orang2 yang ia
pikir lucu. Teman2nya selalu menyuruhkan menghentikan lelucon itu,
namun ia terus saja melakukannya.
Hingga suatu
hari, karena kesal, akhirnya tak ada satupun orang yang mau makan lagi
bersamanya. Iapun terpaksa makan siang di sebuah restoran langganannya.
“Pesan kopi!” katanya pada pramusaji. Namun
ketika pramusaji datang, ia menghidangkan dua gelas kopi. Satu untuknya,
dan satu diletakkan di depan kursi sebelahnya. Ketika makanan datang
pun, pramusaji selalu meletakkan dua piring, satu untuknya dan satu
diletakkan untuk kursi sebelahnya.
Pertama ia pikir para pramusaji di sini ingin membalasnya.
Namun
hal itu terus terjadi, walaupun ia mencoba makan di tempat yang
berbeda-beda. Bahkan kemanapun ia pergi, kini teman2nya pun selalu
mengatakan bahwa ada orang lain yang sedang bersamanya.
Ia mulai ketakutan dan merasa jera. Mungkin ini balasan karena ia sering mempermainkan orang lain.
Selama
berhari-hari, akhirnya ia memilih hidup seperti pertapa. Ia tak pernah
keluar rumah lagi dan terus saja berdiam di kamar karena ketakutan.
Setelah sebulan, akhirnya ia mulai merasa tenang. Ia merasa, apapun yang mengikutinya, ia pasti sudah meninggalkannya.
Iapun datang ke sebuah restoran, memesan segelas kopi.
Sang pramusaji datang dan menyajikan segelas kopi untuknya.
Lalu segelas kopi diletakkan untuk kursi di sebelahnya.
Lalu satu lagi.
Dan lagi.
Dan lagi.
Dan lagi ....
Sumber: http://mengakubackpacker.blogspot.co.id
Komentar
Posting Komentar