Permainan Terkutuk


Permainan Terkutuk


Karena ini bukan lelucon. Maka dengarkan aku. Ceritaku ini tidak akan membuatmu dikejar hantu seumur hidupmu. Ceritaku ini juga tidak akan membuat hidupmu dalam bahaya. Karena ceritaku bukanlah puisi Tomino Hell's atau pun White Death. Aku hanya ingin menceritakan pengalamanku. Pengalaman yang munkin tak akan kulupakan seumur hidupku.

Kemarin,aku mencoba sesuatu ritual atau permainan. Ritual ini membuatku bisa bertemu dengan "sesuatu" yang seharusnya tidak bisa kita lihat. Aku menyebutnya "Now,I can see". Sepanjang malam ini aku terus berjaga. Hujan deras yang turun diluar membuat suasana semakin mencekam. Saat tiba tepat tengah malam,aku turun dari ranjangku. Dengan berbekal senter aku perlahan menyalakan lilin. Kemudian,aku mematikan senterku. Aku membawa lilinku kedepan cermin. Dalam buku ritual yang kubaca,aku harus memaatikan lampu dan membawa lilin yang menyala kedepan cermin. Kemudian dengan suara pelan aku melantunkan kalimat dalam bahasa Jepang yang bearti aku memanggilmu,maka datanglah dan bicara. Awalnya kupikir semua ini hanyalah sebuah lelucon.Hingga sampai lilin dihadapanku mati.

Dengan perasaan was-was aku merasakan sesutau. Jantungku mulai berdetak tak karuan saat aku menyadarinya. Aku menoleh kekanan dan kekiri,tapi tak menemukan apapun. Aku lega. Tidak! Harusnya aku tidak lega. Begitu aku mengembalikan kepalaku kedepan cermin,aliran darahku membeku. Aku melihat seorang wanita mengenakan kimono biru gelap. Rambutnya hitam panjang dan diurai sepinggang.Kamisama,siapa dia? Aku tak bisa mengalihkan pandanganku. Dia,wanita itu membuka mulutnya. Samar-samar aku mengikutinya. Dan jantungku serasa berhenti. "Zanbai!!!". Seringai bengis terpampag jelas diwajahnya. Kalau kau lihat jelas-jelas,dibelakangnya banyak laki-laki berdiri sambil mengayunkan kedua tangan nya keatas dan kebawah. Itu ritual kutukan. Berlawanan dengan Banzai yang selama ini kudengar. Mereka terus melakukan nya,sementara aku hanya bisa membeku. Dan satu hal yang kuingat saat itu,aku harus lari.Dengan kaki gemetar aku berlari menuju pintu. Kulihat sekilas wanita itu tetap menatap kearah cermin. Aku segera berlari kekamar ibuku.

"Bangunla bu,kumohon" aku mengguncang pelan bahunya. Ibuku terbangun dan segera perasaan khawatir memenuhi wajahnya.
"Apa yang terjadi?"tanya beliau. Aku menjelaskan apa yang aku baca,apa yang aku lakukan,dan apa yang aku lihat dikamarku. Dengan tenang ibuku memeluku. Ibu kemudian membangunkan ayah. Mereka membawaku ke kamar. Aku yakin mereka sudah mempersiapkan kata-kata seperti "Lihat,tidak ada apa-apa bukan? Nah,sekarang naik ke ranjangmu dan tidurlah." Aku bersikeras untuk tetap tinggal dikamar mereka. Tapi hasilnya nihil. Mereka tetap membawaku kekamar. Ayah yang berjalan paling depan sudah memutar gagang pintu. Wajahnya yang semula tenang berubah beku. Ibuku menghampirinya dan bertanya apa yang terjadi. Tapi yang kulihat kemudian ayah dan ibuku sama-sama membeku. Mereka hanya diam menatap kedalam kamarku. "Ibu","Mertua" ucap mereka berdua bebarengan. "Ayah apa maksudmu? Bukankah nenek sudah meninggal bahkan sebelum sempat aku melihat wajahnya--"

Sial. Umpatku dalam hati. Permainan terkutuk ini sungguh menyebalkan. Mereka membawaku bertemu sesuatu yang tak pernah kulihat. Dan siapa sangka yang kutemui malah neneku yang sudah meninggal? Ini salahku. aku tahu ini salahku. Tapi kumohon Tuhan,kirimlah dia kembali. Kumohon--

Komentar

Postingan populer dari blog ini

21 AND STILL COUNTING